PBB Tak Berdaya Hadapi Persenjataan Hizbullah

|

Di sebuah desa Libanon, 10 mil dari perbatasan barat Israel, pasukan Hizbullah dengan penutup kepala hitam berdiri berjaga-jaga di depan sebuah bangunan yang disebut-sebut Barat sebagai salah satu gudang senjata Hizbullah.

Meskipun mereka tidak bersenjata, kehadiran mereka menggentarkan PBB untuk mendekati rumah di Khirbet Silim tersebut, mencegah pasukan PBB untuk memenuhi misi mereka, yaitu untuk menghentikan Hizbullah kembali mempersenjatai diri dan bersiap untuk serangan Israel.

“PBB tidak dapat datang begitu saja seenaknya ke rumah orang,” ujar Rassan Salim, seorang pejabat di desa tersebut dan seorang anggota Hizbullah. “Senjata kami digunakan untuk membela Libanon dari Israel.”

Hizbullah, yang telah didukung oleh Iran dan Syria, saat ini sedang membangun ulang pasukan mereka di bagian selatan, tak gentar dengan kekalahannya dalam pemilu Libanon di bulan Juni, yang dimenangkan oleh oleh koalisi pro-AS. Waktu tinggal para penjaga perdamaian di Libanon akan mencapai batas waktunya pada 31 Agustus ini dan Dewan Keamanan PBB harus memutuskan apakah mereka akan memperpanjangnya tanpa perubahan, atau memberikan otoritas bagi mereka untuk menekankan larangan senjata dengan paksa bahkan tanpa dukungan tentara Libanon.

12.000 pasukan PBB dikirim ke Libanon setelah perang di tahun 2006 dengan Israel menyerang Libanon dan menewaskan ribuan penduduk sipil, termasuk anak-anak dan wanita.

Setelah perang tersebut berakhir, Dewan Keamanan mengeluarkan resolusi yang melarang “senjata atau pemerintahan lain di Libanon selain dari negara Libanon yang ada.” Para penjaga perdamaian ditempatkan di bagian selatan Libanon untuk mencegah masuknya di daerah tersebut, sebuah peran yang dijalankan bersama tentara Libanon.

Tentara Libanon tidak dapat melucuti senjata Hizbullah, ujar Elias Hanna, seorang mantan jendral tentara dan profesor ilmu politik di Norte Dame University di Beirut. “Mereka membantu negara kami mengatasi serangan Israel,” ujarnya.

Perdana Menteri Saad Hariri Libanon mengatakan meskipun nantinya diharuskan adanya pelucutan senjata Hizbullah, hal tersebut akan menjadi “dialog intern” tanpa campur tangan pihak lain.

Timur Goksel, seorang mantan jurubicara untuk penjaga perdamaian, mengatakan bahwa masalahnya adalah bahwa PBB bergerak di bawah aturan-aturan pasif yang bergantung kepada ijin dari negara tuan rumah.

“Di selatan, Hizbullah, bukanlah pemerintah Libanon, tapi tuan rumah yang sebenarnya,” ia mengatakan.

Menurut Israel, PBB, dan pejabat Hizbullah, kelompok Muslim itu kini semakin kuat jika dibandingkan kondisi mereka di tahun 2006 ketika Israel melancarkan serangan ke Libanon sehingga memakan korban puluhan korban dari pihak tentara Israel.

Hizbullah kini telah menumpuk roket hingga 40.000 buah dan melatih pasukannya untuk menggunakan misil dari permukaan-ke-permukaan yang sanggup menghancurkan Tel Aviv, serta misil anti pesawat udara untuk melawan Angkatan Udara Israel yang seringkali melanggar perbatasan udara Libanon.

Brigjen. Alon Friedman, wakil kepala Komando Utara Israel mengatakan pada The Times bahwa dari markasnya yang mengarah ke perbatasan Israel – Libanon, dapat terlihat bahwa kestabilan Israel sedang dalam bahaya.

Ia menambahkan bahwa ketenangan yang ada di wilayah tersebut dapat ‘meledak’ kapan saja.
http://kabarnet.wordpress.com/2009/08/22/pbb-tak-berdaya-hadapi-persenjataan-hizbullah/

0 komentar: