LEPAS dari trik yang dimainkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Kekalahan Andi Alfian Mallarangeng di putaran pertama pemilihan calon Ketua Umum DPP Partai Demokrat merupakan pukulan telak untuknya. Sebab tidak hanya Andi yang kalah, namun perusahaan politik yang mendukungnya, seperti Fox Indonesia pun bisa tidak dipercaya orang lagi. Sebab orang yang dipilih dan dijagokannya kalah telak di putaran pertama. Pertanyaan dan persoalannya adalah dengan kekalahan memalukan semacam itu, apa yang semestinya dilakukan keduanya?
Beberapa media online menyebutkan saat berlangsungnya pemilihan calon Ketua Umum di Kongres II Partai Demokrat yang dilaksanakan di Bandung, Minggu (23/5), disebutkan adik Andi, Rizal Mallarangeng diduga ada di l.okasi. Indikasi keberadaan Rizal ditengarai dengan keberadaan mobil miliknya, Lexus yang berada di lingkungan Kongres. Dengan kehadiran Rizal, orang menganggap bahwa majunya Andi ke arena perebutan calon Ketua Umum DPP Partai Demokrat itu memang cukup serius. Keseriusan Andi juga ditunjukan dengan banyaknya iklan tentang dirinya yang mejeng di beberapa stasiun televisi.
Saat maju ke Kongres Andi tentu saja sangat optimis. Karena bukankah dia sudaj diundang ke Cikeas. Dan Freddy Numbery memberi kesaksian bahwa SBY mendukungnya. Namun, ternyata cara pemilihan yang digagasnya pun gagal dilaksanakan, yakni menggunakan elektronik voting (E-Voting), termasuk usulan dari kubunya yang menghendaki agar Kongres didahului dengan pembahasan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), ternyata pun tidak berhasil. Karena yang menang adalah kubu Anas, yang menghendaki pemilihan secara manual, dan pembahasan AD/ART dilakukan belakangan.
Ada satu hal lagi yang membuat kubu Andi cukup optimis, dan tidak percaya bahwa akhirnya ditelikung dari belakang adalah Pimpinan Kongres dijabat oleh Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas SBY) yang adalah tim suksesnya. Dengan ditunjuk atau dipilihnya Ibas jadi pimpinan sidang, mestinya dia bisa mengatut sedemikian rupa arah dan jalannya sidang. Nyatanya? Sidang lebih banyak mengikuti kehendak kubu Anas. Sehingga dari sini pun kita sudah patut curiga, ada apa sebenarnya atau apa yang tengah berlangsung saat itu?
Diakui atau tidak kejadian tersebut sebenarnya secara tidak langsung telah mengebiri permainan politik Andi, dan sekaligus membanting Fox Indonesia sampai mati. Mengapa? Hasil gemilang yang dicapai Fox Indonesia untuk memenangkan dua Pemilu sekaligus, yakni Pemilu Legislatif (Pileg) 9 April 2009 dan Pemilu Presiden (Pilpres) 8 Juli 2009 untuk Partai Demokrat dan Presiden SBY, jadi tidak berarti apa-apa. Kepercayaan publik pun sekarang luntur kepada Fox Indonesia. Padahal, pada saat ini, perusahaan politik yang dikelolan adik Andi banyak dipakai para calon Kepala Daerah untuk memenangkan dirinya.
Pertanyaannya adalah apakah dengan kejadian di Kongres II Partai Demokrat tersebut para calon Kepala Daerah masih akan percaya kepada Fox Indonesia? Sulit kita katakan, sebab secara umum nama perusahaan politik telah hancur, dan tidak adalagi yang dapat dipertahankan. Juga nama Andi pun telah runtuh. Pertanyaannya adalah apakah Andi akan mengikuti jejak Sri Mulyani Indrawati dan Anggito Abimanyu, pilih keluar dari pemerintahan?
Semua ini terserah kepada Andi dan Fox Indonesia. Namun bagaimana pun ini sesungguhnya suatu pembelajaran politik untuk Andi dan sekaligus Fox Indonesia. Bahwa sistem dan tata cara permainan politik di Indonesia memang sangat luar biasa buruknya. Etika berpolitik sudah jauh telah ditinggalkan. Yang penting, ada kesempatan memainkan, soal baik buruk urusan belakang. Karena hampir semua politisi berpikir begitu, maka jangan tanya lagi soal halal atau pun haram. Tidak ada kamus halal dan haram di dunia politik nasional. Karena itu kalau boleh kita sarankan, lebih baik Andi mundur saja, daripada dijadikan kelinci percobaan!
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4204448
Diposting oleh
bertahan
di
23.45
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar