Indonesia ternyata masuk dalam 45 paviliun yang paling menonjol gan dari 190 negara . Shanghai, Kompas - Paviliun Indonesia pada World Expo Shanghai China 2010 ramai dikunjungi 12.000 pengunjung pada hari pertama, Sabtu (1/5). Ini merupakan salah satu gerbang bagi warga China untuk mengenali lebih jauh Indonesia, yang justru lebih dikenal sebagian warga China sebagai negara tidak aman karena serangan-serangan teroris.
Dalam wawancara dengan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Yanyan Yufei dari Yunnan Information Daily menanyakan apakah Indonesia merupakan negara yang aman untuk dikunjungi. Mari menegaskan, Indonesia sudah jauh lebih aman sekarang, dan upaya pemerintah mengikis terorisme juga sudah cukup gigih. ”Jelas, Indonesia kini adalah negara yang aman dengan segala potensi yang dimiliki. Indonesia menawarkan banyak potensi bagi pihak luar, terutama di bidang perdagangan, turisme, dan investasi,” kata Mari.
Duta Besar RI untuk China Imron Kotan mengakui, Expo ini merupakan salah satu kesempatan besar tidak saja untuk memperkenalkan Indonesia kepada dunia luar, melainkan juga kepada pihak China sendiri.
Ada salah satu keuntungan Indonesia dengan penyelenggaraan Expo ini karena panitia penyelenggara World Expo Shanghai China (WESC) memasukkan Indonesia ke dalam 45 paviliun paling menonjol.
”Itu karena Indonesia sudah masuk dalam radar dunia,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa.
Paviliun Indonesia adalah paviliun terbesar sepanjang 159 tahun sejarah penyelenggaraan Expo, baik dari segi luas maupun aspek-aspek yang ditonjolkan di paviliun. Faktor yang paling ditonjolkan adalah aneka budaya, kekayaan alam, seni, dan tarian Indonesia, yang memang menyajikan banyak hal menarik.
”Jangan lupa, kita bersaing dengan 190 negara. Kita harus menonjolkan apa yang paling menarik untuk kita perlihatkan kepada dunia dan kepada pengunjung di dunia,” kata Mari.
Mari menambahkan, dalam enam bulan penyelenggaraan WESC, Indonesia juga akan menyajikan aspek perdagangan dan investasi bagi pengunjung yang berminat mendalami investasi di Indonesia. Para tenaga profesional sudah disiapkan untuk memberikan penjelasan kepada para pengunjung paviliun Indonesia, yang berdiri di atas lahan seluas 4.000 m dengan biaya sekitar Rp 200 miliar. Biaya penyelenggaraan paviliun itu dibagi rata, antara pemerintah dan swasta.
Berbagai kalangan juga akan memanfaatkan ajang ini. CSIS, misalnya, akan bekerja sama dengan Apindo dan Permit membawa pengusaha dan akademisi ke sana untuk misi dagang.
http://www.kaskus.us/showthread.php?p=205690103#post205690103
Diposting oleh
bertahan
di
22.41
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar