Di tengah diplomasi global yang memabukkan di Perserikatan Bangsa-Bangsa dan G20 pekan lalu, satu masalah yang tampak mencolok adalah ketiadak-hadiran Afghanistan. Alasannya jelas, Afghanistan sekarang merupakan perang bagi Barack Obama, perang yang ingin dijauhi para pemimpin dunia lain, dan perang di mana Obama dilumpuhkan.
Pemerintahan Obama sedang mencari ide-ide bagus tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya dan mengundang Menteri Luar Negeri Australia, Stephen Smith, ke Washington kemarin untuk mendengar pikirannya.
Smith secara pribadi mungkin lebih terbuka, namun pernyataan publik yang dibuatnya menekankan bahwa AS tidak meminta dan Australia tidak menawarkan lagi pasukan tempur di Afghanistan.
Dunia saat ini seolah mendapatkan jalan buntu dalam “keharusan perang”. Seperti Kevin Rudd, Obama yang menduduki tampuk kepemimpinan berjanji untuk kembali fokus berjuang melawan ekstremisme Islam di Afghanistan.
Kurang dari setahun kemudian, segala sesuatu berjalan dari buruk menjadi lebih buruk di Afghanistan, perang yang tidak menunjukkan mendekati kemenangan sampai hari ini dibanding hampir delapan tahun yang lalu, ketika Amerika dan NATO melakukan serangan balasan untuk serangan 11 September, dan Australia bergabung dalam pertempuran, dengan memohon aliansi ANZUS.
Fakta di lapangan masih suram, mengenai kebangkitan Taliban, korupsi Pemerintah Karzai, tidak diakuinya kemenangan pemilu, bangkitnya kembali al-Qaeda di perbatasan dengan tidak stabilnya keadaan tentang persenjataan nuklir Pakistan.
Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, harus segera menghadapi pilihan menyakitkan mengenai Afghanistan. Salah satu yang ekstrem adalah penarikan secara de facto dan penarikan kembali secara dramatis operasi militer di sana, mengetahui hal ini akan memungkinkan perang saudara antara pemerintah Karzai yang korup dengan kebangkitan Taliban untuk kembali berdarah.
Tak seorang pun akan berbicara secara eksplisit mengenai penarikan pasukan di depan rekan politiknya, tetapi inilah yang dilakukan Amerika dan sekutunya Eropa kontinental. Kanada kemungkinan besar akan segera bergabung dengan kamp ini. Demikian juga, mungkin Britania.
Wakil Presiden AS, Joe Biden telah menunjukkan kecenderungan untuk dilakukannya penarikan, hal ini menunjukkan bahwa Amerika harus kembali pada komitmen awal pasukannya dan fokus untuk meminimalkan “ancaman pasukan al-Qaeda” di sepanjang perbatasan Pakistan.
Namun, di sisi lain peningkatan radikal dalam komitmen pasukan untuk melawan pemberontakan dalam skala penuh yang artinya tetap akan ada perang di Afghanistan yang akan mengambil waktu bertahun-tahun, mungkin puluhan tahun, untuk bisa menang dan menciptakan stabilitas, persatuan dan perdamaian negara yang berada dalam pusaran daerah yang paling mudah dilanda pertikaian di dunia.
Ini adalah posisi baru bagi komandan operasi AS dan NATO di Afghanistan, Jenderal Stanley McChrystal, yang ingin merekomendasikan sebuah gelombang besar pengiriman pasukan AS kepada Pentagon, dari di bawah 70.000 menjadi lebih dari 110.000.
Dia telah mendapatkan dukungan dari Ketua Kepala Staf Gabungan, Laksamana Mike Mullen, pahlawan keberhasilan Amerika di Irak, Jenderal David Petraeus, serta John McCain dan sisanya dari Neocons.
Di tengahnya, masih duduk dan menyimpulkan adalah Obama dan Menteri Pertahanan, Robert Gates. Mereka tidak menanggapi seruan aspirasi Biden untuk menambah ulang kiriman pasukan.
Mereka telah meminta McChrystal untuk menjaga dan menahan serangan. Sebaliknya, Obama dan Gates telah memutuskan untuk meninjau kembali strategi Afghanistan mereka dalam waktu enam bulan.
Salah satu putusan di bulan Maret menarik lebih dari 20.000 pasukan AS di Afghanistan, untuk memenuhi janji kampanye Obama. Tetapi ini akan menjadi jauh lebih sulit bagi Obama untuk kembali meningkatkan komitmen Amerika di Afghanistan, dan kali ini pada skala yang lebih besar, daripada yang lalu.
Obama adalah presiden yang jauh lebih lemah hari ini. Warga Amerika rata-rata menyalahkannya karena tidak berbuat cukup untuk melindungi pekerjaan dan gaji mereka, selagi peristiwa Wall Street bailing out terjadi dia tidak melakukan apa pun untuk menahan bonus jutaan dolar mereka. Obama dikepung dari kiri dan kanan atas upayanya untuk reformasi sistem perawatan kesehatan Amerika.
Pemerintah AS tenggelam dalam tinta merah. Kebijakan stimulus fiskal dan bank talangan Obama untuk krisis keuangan global diproyeksikan akan melipatgandakan hutang publik pada dekade mendatang lebih dari 80 persen dari produk domestik.
Hal ini diartikan akan ada pemotongan besar-besaran dalam belanja pertahanan, dalam skala yang lebih besar daripada Bill Clinton pada masa pasca perang dingin "pembagian dana untuk perdamaian".
Afghanistan pertama kali dikalahkan oleh perang Irak, kemudian oleh krisis keuangan global, dan sekarang dengan perawatan kesehatan dalam pikiran rata-rata orang Amerika.
Tapi mereka akhirnya tampak siap untuk mulai memperhatikan jalan perang AS yang terlupa. Mereka muak dan lelah berperang. Mereka khawatir bahwa negara mereka bangkrut. Mereka tidak lagi bersedia untuk memberikan presiden baru mereka keuntungan ataupun keraguan.
Dalam hal kredibilitas global Amerika, Obama tidak mau terlihat kalah di Afghanistan. Namun, juga tidak mampu untuk menang. Perang ini semakin tampak seperti perang Vietnam dulu bagi Amerika.
Obama mungkin akan triangulasi jalan keluar dari dilema Afghanistan, melakukan komitmen ulang kebijakan AS untuk berperang dalam jangka panjang, tetapi tidak memberikan pasukan militer dengan pasokan sumber daya yang mereka percaya dibutuhkan untuk menang. Rudd mungkin akan mengikutinya dengan mempertahankan komitmen Australia saat ini.
Rudd tidak akan membuat sebuah kesalahan seperti yang Harold Holt lakukan di tahun 1960-an. Tapi mendukung aliansi Amerika Serikat adalah sama pentingnya bagi Australia sekarang seperti yang lalu.
Tapi Kebijakan Afghanistan tidak bisa terus selamanya. Sejarah memberitahu kita bahwa menunda keputusan-keputusan sulit jarang berhasil.
http://www.suaramedia.com/artikel/opini/11069-afghanistan-perang-vietnamnya-obama.html
Diposting oleh
bertahan
di
04.45
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar